Ada pengalaman menarik, disebuah desa nun jauh di pedalaman, ada seorang janda tua yang sangat dihormati dan juga disegani. Padahal tak memiliki jabatan apapun. Tidak jelita, tak berharta, malah rumahnya pun sederhana, terbuat dari bilik bambu, panggung, dan dapurnya pun berlantai tanah. Lalu apa gerangan yang membuat sang nenek dihormati dan dicintai masyarakat sekitarnya ? Tenyata nenek ini memiliki kebiasaan istimewa, beliau amat menghargai kebersihan sehingga rumah bilik bambunya yang sederhana itu tampak amat asri dan indah, nyaman bagi siapapun yang melihatnya, tertata sangat rapih dan serasi. Begitupun dapurnya, bersih teratur dan bahkan kamar mandinya pun sangat-sangat bersih. Padahal tak ada satu keramik pun yang terpasang disana. Semuanya serba model kampung. Yang membedakan adalah nenek ini begitu rajin membersihkannya dan hal ini membuat rumahnya tampak sehat, indah, dan menyenangkan. Ternyata untuk hidup terhormat, indah, dan menyenangkan tak indentik dengan kemewahan dan barang yang berharga, justru kesederhanaan namun dengan kebersihanlah yang akan mengangkat martabat seseorang.
Cobalah pikirkan bagaimana perasaan kita bila melihat wajah yang cantik namun disudut mata dan di bawah hidungnya (maaf) ada kotorannya? Giginya yang rapih tapi ternyata kotor kekuning-kuningan karena jarang dibersihkan? Bagaimana pula melihat baju yang mahal tapi kotor, kusut, dan tak rapih? Lalu, bagaimana pula penilaian saudaraku tentang rumah megah tapi tak terawat, kotor bau, rumputnya tak terurus, kamar mandi mewahnya bau dan licin serta sudah menguning? Niscaya pudarlah segala keindahan dengan kekotoran.
Memang kotor itu jelek, kotor itu tak nyaman, kotor itu biang penyakit, kotor itu merusak keindahan. Dan yang pasti kotor tidak boleh lagi menjadi bagian dari hidup kita. Ayo, sahabatku sekalian, jangan dulu sibuk membeli yang mahal atau yang bagus. Lebih baik kita bersihkan saja yang ada, kita rapihkan, lalu bagi-bagi tugas niscaya kita akan kaget betapa rumah kita, kampung kita, mesjid kita jauh lebih indah dan menyenangkan, dan jangan heran pula kalu nanti nama baik kampung kita akan jauh lebih bergengsi lebih terhormat karena memang salah satu ciri hidup terhormat sangat menghargai kebersihan
Memang tak ada kota yang bersih sebelum warganya senang kepada kebersihan, sebelum rumah warganya bersih. Dan sebenarnya kita dapat memulainya saat ini juga, insya Allah.
Dan ketahuilah bahwa tikus, ular , babi, lalat, atau juga belatung senangnya hidup ditempat kotor!
Selamat berbahagia bagi siapapun yang rumahnya terasa lebih bersih, rapih, biar saja barang yangada sederhana dan murah yang penting rapih bersih dan barokah!
Bila membutuhkan bukti lain, ada kisah darma wisata orang Singapura. Mereka terdiri dari para pelajar dan mahasiswa yang berkeliling ke universitas-universitas dan tempat wisata di negara kita. Suatu saat mereka berkunjung ke sebuah kampus, lalu mereka terbengong-bengong melihat para mahasiswa kita yang mendampingi mereka memakan kacang tanah dan dengan seenaknya membuang sampah dimana saja. Mereka hampir tak percaya bagaimana mungkin seorang intelek mengotori sendiri kampusnya? Anda mungkin ingin tahu bagaimana cara mereka memakan kacang tanah, ternyata kulit kacang tersebut mereka kumpulkan di sakunya masing-massing. Nampaknya, mereka sangat tidak terbiasa untuk mengotori tempat manapun yang mereka kunjungi!
Nampaknya, daripada kita mengotori hati dengan menyalahkan orang lain lebih baik mulai sekarang bertekadlah untuk tidak menyusahkan orang lain atau mempermalukan kota sendiri. Jangan buang sampah sembarangan, kalau kita belum sanggup meemungut sampah dan membersihkan, setidaknya jangan ada sampah yang kita tebarkan tidak pada tempatnya. Rumus sederhananya "kalau tak bisa membantu jangan menyusahkan."
Siapkanlah selalu kantung keresek plastik kecil disaku kita, dan tak pernah terjadi lagi sampah kita buang sembarangan. Tak masalah saku kita kotor sedikit dari pada berbuat dzalim mengotori kota kesaayangan kita ini.
Dan kita pun harus mulai menumbuhkan keberanian untuk mengingatkan siapapun agar tidak mengotori lingkungan di sekitar kita dimanapun. Tentu saja dengan cara yang paling sopan, misalnya dengan mengatakan sambil tersenyum ramah "Pak, maaf ya… lain kali tolong sampahnya disimpan pada tempatnya ya…," sambil kita pungut dan kita simpan pada tempat sampah yang tersedia
Insya Allah kalau niatnya tulus akan menjadi amal sedekah kita. Siapatahu beliau akan tersentuh lalu sadar dan membiasakan kebaikan ini selain pada dirinya sendiri juga pada keluarga dan lingkungannya sehingga menularlah kebiasaan mulia ini. Amin!
(Sumber : Jurnal MQ Vol. 1/No.11/Maret 2002
Comments
Post a Comment